Kondisi fisik di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat ditinjau dari kondisi geografi,
iklim, geologi, gomorfologi, jenis tanah, dan hidrologi daerah. Kondisi
geografi daerah menerangkan tentang posisi spasial daerah dalam kaitannya
dengan daerah lain yang ada di sekitarnya, baik dalam hal luas wilayah,
batas-batas wilayah, maupun batas-batas potensi sumberdaya alam kewilayahan.
Penggambaran kondisi geografi daerah dilakukan baik dengan deskripsi tulisan
maupun melalui presentasi peta wilayah. Kondisi iklim suatu potensi sangat
berpengaruh pada potensi daerah bersangkutan, baik dalam potensi sumberdaya
alam maupun dalam potensi kebencanaan alam. Deskripsi klimatologis Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang diuraikan berupa curah hujan dan suhu udara. Kedua
parameter iklim ini sangat berpengaruh pada potensi pengembangan sumberdaya
alam, baik dilihat sebagai potensi cadangan alamiah maupun potensi alam
berkesinambungan. Curah hujan sebagai input air ke permukaan bumi membawa akibat pada variasi potensi hidrologi daerah bersangkutan, sehingga uraian hidrologi daerah tidak boleh dipisahkan dengan kondisi klimatologisnya, terutama dengan curah hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalami proses-proses evaporasi (kembali ke atmosfer sebagai uap air), infiltrasi (menjadi air tanah), dan genangan/limpasan (sebagai air permukaan).
berkesinambungan. Curah hujan sebagai input air ke permukaan bumi membawa akibat pada variasi potensi hidrologi daerah bersangkutan, sehingga uraian hidrologi daerah tidak boleh dipisahkan dengan kondisi klimatologisnya, terutama dengan curah hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mengalami proses-proses evaporasi (kembali ke atmosfer sebagai uap air), infiltrasi (menjadi air tanah), dan genangan/limpasan (sebagai air permukaan).
Potensi airtanah dan
keberadaan air permukaan satu daerah tidak sama dengan daerah lainnya walaupun
keduanya mempunyai curah hujan yang sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan
(geologi, geomorfologi, dan tanah) setiap daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan
ini akhirnya membawa keberagaman dalam potensi sumberdaya alam dan potensi
kebencanaan alam sehingga antara pengembangan sumberdaya alam daerah harus
memperhatikan potensi-potensi alam tersebut.
Pengembangan suatu
potensi sumberdaya alam harus memperhatikan sifat dari sumberdaya yang akan
dikembangkan, yaitu apakah sumberdaya alam tersebut berupa cadangan (tak
terbaharui, misalnya tambang mineral/batuan) atau sebagai sumberdaya alam yang
terbaharui (terbaharui, misalnya biota). Dengan kata lain, pengembangan
sumberdaya alam harus memperhatikan kesinambungan pemanfaatan dan kelestarian
lingkungan. Kekeliruan pengembangan sumberdaya alam selain berdampak pada
degradasi sumberdaya alam bersangkutan juga berperan dalam memicu terjadinya
bencana alam yang berakibat sangat merugikan.
Kondisi Geografis & Administrasi Wilayah
Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi
oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah di bagian
lainnya. Batas dengan Propinsi Jawa Tengah meliputi:
·
Kabupaten Wonogiri di
bagian tenggara
·
Kabupaten Klaten di
bagian timur laut
·
Kabupaten Magelang di
bagian barat laut
·
Kabupaten Purworejo di
bagian barat
Secara astronomis,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 70 33' LS - 8 12' LS dan
110 00' BT - 110 50' BT.
Komponen fisiografi
yang menyusun Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 (empat) satuan
fisiografis yaitu Satuan Pegunungan Selatan (Dataran Tinggi Karst) dengan
ketinggian tempat berkisar antara 150 - 700 meter, Satuan Gunungapi Merapi
dengan ketinggian tempat berkisar antara 80 - 2.911 meter, Satuan Dataran
Rendah yang membentang antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo pada
ketinggian 0 - 80 meter, dan Pegunungan Kulonprogo dengan ketinggian hingga 572
meter.
Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80 km, terdiri dari 4 kabupaten dan 1
Kota, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten
Gunungkidul, dan Kabupaten Kulonprogo. Setiap kabupaten/kota mempunyai kondisi
fisik yang berbeda sehingga potensi alam yang tersedia juga tidak sama.
Perbedaan kondisi fisik ini ikut menentukan dalam rencana pengembangan daerah.
http://www.pemda-diy.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar